" Potret Saudara "
malam mulai menebar kegelapan
hingga puncak bukit keangkuhan
terus melangkah menembus kegelapan, berdiri diantara kerasnya kehidupan dengan satu pandangan
dan berkata :
wahai kedinginan malam, bekukanlah hatiku yang belum pasti
aku akan pulang kepangkanmu tanpa desah tanpa suara dengan mulut tertutup
wahai mimpi tengah malam, disini kita bertemu, hingga kehidupan selanjutnya
saat mimpi itu sirna aku akan kembali jadi seorang bayi dalam dekapan perempuanpenuh kasi sayang
wahai akhir malam, kini aku kembali.
Laksana kepedihan dan degup jantungku.
Seperti hasrat tanpa tujuan. Pikiran kita terpisah, hasrat dan tujuanmu kini berbeda.
Seperti itu pikiranmu.
Wahai kedinginan hati. Ditanganku masih tergengam benih padi yang mestinya engkau taburkan pagi ini.
Tapi aku kembali tanpa membawa buah dari hasil jerih kita, karena tanganku lumpuh dan kaku menjadi bisu.
Dengarlah wahai keangkuhan.betapa aku mencintai mimpi dan mimpi selalu bersamaku.setiap senyummu adalah air mataku.
Namun diantara kita menganga jurang kebisuan yang tidak berjembatan
Wahai airmata saudaraku, engkau yang tidak pernah mati.
Telah kulukiskan wajah bulat anak negeri.wajah tersenyum berseri.
Namun hari akan tiba dan aku akan meneruskannya.meski lukisan itu tidak sempurna tapi itu potret jalan mimpi sempurna.
Wahai engkau mimpi saudaraku.
Bersamamu kini aku berjalan sejajar. Kemandiriannku hilang dan lenyap, segala pembatas telahhilang karena aku akan pulang.bersama npasmu aku akan terbang keakhir mimpi dan kehidupan.
Hingga nanti masa kedua datang kembali menjelma menjadi bayi dalam dekapan seorang perempuan bernama kehidupan.
malam mulai menebar kegelapan
hingga puncak bukit keangkuhan
terus melangkah menembus kegelapan, berdiri diantara kerasnya kehidupan dengan satu pandangan
dan berkata :
wahai kedinginan malam, bekukanlah hatiku yang belum pasti
aku akan pulang kepangkanmu tanpa desah tanpa suara dengan mulut tertutup
wahai mimpi tengah malam, disini kita bertemu, hingga kehidupan selanjutnya
saat mimpi itu sirna aku akan kembali jadi seorang bayi dalam dekapan perempuanpenuh kasi sayang
wahai akhir malam, kini aku kembali.
Laksana kepedihan dan degup jantungku.
Seperti hasrat tanpa tujuan. Pikiran kita terpisah, hasrat dan tujuanmu kini berbeda.
Seperti itu pikiranmu.
Wahai kedinginan hati. Ditanganku masih tergengam benih padi yang mestinya engkau taburkan pagi ini.
Tapi aku kembali tanpa membawa buah dari hasil jerih kita, karena tanganku lumpuh dan kaku menjadi bisu.
Dengarlah wahai keangkuhan.betapa aku mencintai mimpi dan mimpi selalu bersamaku.setiap senyummu adalah air mataku.
Namun diantara kita menganga jurang kebisuan yang tidak berjembatan
Wahai airmata saudaraku, engkau yang tidak pernah mati.
Telah kulukiskan wajah bulat anak negeri.wajah tersenyum berseri.
Namun hari akan tiba dan aku akan meneruskannya.meski lukisan itu tidak sempurna tapi itu potret jalan mimpi sempurna.
Wahai engkau mimpi saudaraku.
Bersamamu kini aku berjalan sejajar. Kemandiriannku hilang dan lenyap, segala pembatas telahhilang karena aku akan pulang.bersama npasmu aku akan terbang keakhir mimpi dan kehidupan.
Hingga nanti masa kedua datang kembali menjelma menjadi bayi dalam dekapan seorang perempuan bernama kehidupan.